takkan bisa membalas semua kasih sayangmu ibuku
aku tak ingin melihat kau menangis
takkan bisa membayar semua perhatianmu ayahku
aku tak ingin melihat kau berduka
aku tahu.. kita juga butuh hidup
aku tahu semua ingin sejahtera
aku tahu.. tidak cukup dengan rindu
aku tahu.. kita juga butuh hidup
aku tahu.. semua ingin sejahtera
andai kau tahu ibuku
aku ingin membahagiakanmu
bukan sekedar dari hasil tetesan keringatku di pabrik
karena kenaikkan gajiku
tak bisa melawan harga barang-barang oo…
aku ingin membahagiakanmu
dari hasil karya seniku
yang dulu kau ajarkan padaku
agar kau tahu darah senimu
telah mengalir didalam tubuhku
Ayo Berjuang
wahai kawan–kawan
sudah saatnya kita galang persatuan
menyusun kekuatan
akan memperpanjang barisan perbudakan
ayo kita semua turun ke jalan
dan berjuang..
jangan diam di situ
tak perlu ragu ayo terus maju
kita rebut kemenangan!
Buruh Bersatu
harta yang kau timbun dan tak terhitung
hasil keringat kami yang kau bendung
tapi jangan anak cucu kami
sebab kami takkan pernah rela
Reffrein:
jika kau dengar suara kami bergema
itu suara buruh yang bersatu
jika aku lihat lautan manusia
itu kaum buruh yang bersatu
melawan ketidakadilan
melawan segala bentuk penjajahan
melawan ketidakadilan
melawan segala bentuk penjajahan
di negeri ini…
Buruh Kontrak
dunia yang penuh dengan
Emosi dan caci–maki
Nasib seorang buruh kontrak
Bagai bola yang ditendang
Bila tak lagi dibutuhkan..
ada kerelaan yang dipaksakan
ada kemauan yang diharuskan
demi perut yang harus diisi
agar tetap hidup di esok hari
uang dan jabatan membuat mereka lupa
siapa teman siapa lawan
fasilitas yang adapun harus disunat
tak peduli milik bangsanya sendiri
yang dibodohin kaya’ kambing congek bangsanya sendiri
yang dimaki kaya’ orang bego bangsanya sendiri
yang menjajah kita.. yang menjajah bangsa ini
OI.. Bersatulah
siap yang tak suka
biarkan ibu pertiwi
tersenyum melihat kita
Dalam satu bahasa
Mari bergandeng tangan
Satukan ikrar kita
Oi….bersatulah… Oi…bersatulah
Oi…bersatulah… Oi..bersatulah
itu hal biasa
selesaikan dengan damai
agar tak ada perang
Ransum
apa menu kami hari ini
nasi bungkus yang kami terima
sudah cukupkah mengandung gizi
telur dadar terbagi delapan
tak ada buah hanya sayur tanpa rasa
seimbangkah dengan kerja kami
kami bukan itik makan nasi basi
kami bukan bebek makan nasi lembek
kami bukan ayam makan nasi mentah
pandanglah kami sebagai manusia
tak cukup menghabiskan nasi
tak ada buah hanya sayur tanpa rasa
seimbangkah dengan kerja kami
Rumah Tua
menyimpan banyak cerita
kamar tidurku tanpa plafon
kamar mandiku tanpa pintu
tapi mampu nyenyakkan tidurku
dimana bak-bak dan ember berjejer
untuk menahan air hujan agar tak jatuh ke lantai
kulakukan dengan senang damai
rumah tua serasa istana
saat kutemukan sgalanya
diriku kebebasanku
kulakukan apapun yang aku mau
cintaku yang dulu hilang
kini besemi di rumah tua ini
kecoa tikus berlarian
namun tlah banyak kutemuakn berjuta kata indah
yang kurangkai jadi nyanyian
menunggu dana entah dari mana
dinding yang rapuh kayu yang tlah lapuk
berjatuhan satu demi datu
dan emosi yang tiada terbendung lagi
juga dirimu yang slalu ku rindu
yang mampu membangkitkan rasa cintaku
Slogan Buruh
belum gajian habis… udah gajian bingung
Itulah slogan kami
belum gajian habis… udah gajian bingung
itulah slogan buruh
buat bayar kontrakan
buat bayar pinjaman
sisanya buat makan
terpaksa ngutang lagi
bayar gajian depan
gali lobang tutup lobang
boro-boro punya tabungan
uang lebih tak ada cerita
makan mie instant
dulu terasa nikmat
kini teras menderita
Surabayaku
aku pasti kembali bila saatnya nanti
pasti kan kubawa segumpal rinduku
lama kau kutinggalkan bersama kenangan
dengan segenggam harapan takkan kulepaskan
berharap aku bisa menggapai impian
tunggu aku surabayaku
di tempat itu aku kan datang
aku rindu rujak cingurmu
lontong balapmu tahu petismu
Terhempas
wajah ibukota terlihat garang
kala sang badai menamapar wajahku
mengoyak luka hempaskan nasibku
disimpang jalan
menyengatkan kesedihan
menitik air bening di sudut mata
jalan bak gunung berbatu
mungkinkah Jakarta tak mau bersahabat
sedangkan aku mulai jatuh cinta padanya..
tlah jauh kakiku menghitung jarak
ada nada sumbang di bekas tapak kakiku
jakarta begitu kuat jemarimu
mencengkram kami
bahwa aku bukanlah pengecut
walaupun itu hanyalah sekeping
aku masih punya nyali
No comments:
Post a Comment