SAJAK TANPA KATA
Syair : Winarso
biarlah negri ini hancur
sebab negri ini sudah carut marut tak karuan
asyik beronani dengan seninya
para elit politiknya ribut tak karuan
mulutnya berbusa
sedangkan tangannya yang hitam bergentayangannya kemana saja
mereka bersilat lidah
menyembunyikan tangannya
yang berlumur darah
dengan meminjam bait-bait suci tuhan
sebab para penguasa
hanya sibuk bersuara tanpa makna
karena itu kita mesti kepalkan tinju
memukul mulut mereka yang bau
memotong tangan mereka yang penuh dengan dosa
menunggu tak akan pern ah menghasilkan apa-apa
selama badut-badut itu masih bisa kentut
kita pasti akan ditikam dari belakang
selama badut-badut itu masih bernafas
kita pasti akan digilas
bersama-sama kita lemparkan mereka ke kantong sampah
kita benamkan ke lumpur hitam
agar mereka diam
mati tak bersuara
sudah kami bentangkan
itu pertanda darah kami sudah bergejolak
karena amarah dalam dada
karena sebuah penindasan
itu pertanda kami bangkit
dan melakukan perlawanan
ketakutan hanyalah bayang-bayang yang sangat menakutkan
kalau tidak kita akan selalu ditindas
penindasan itu akan selalu datang
penindasan demi penindasan
kalau kita tidak berani melawan bayang-bayang
matilah kita
dalam sebuah proses kehidupan
Syair: Winarso
dan bersimpuh di atas pangkuannya
tertumpah rasa
kerinduanku pada sang ibu
tergetarlah seluruh jiwa ragaku
musnahlah seluruh api semangat juangku
namun sang ibu berkata
anakku sayang
apabita kakimu sudah melangkah ditengah
tancapkanlah kakimu dalam dalam
dan tetaplah terus bergumam
sebab gumam adalah mantra dari dewa dewa
gumam mengandung ribuan makna
sudah menyatu dengan jiwa raga
maka gumam akan berubah
menjadi teriakan teriakan
yang nantinya akan berubah menjadi gelombang salju yang besar
yang nantinya akan mampu
merobohkan istana yang penuh kepalsuan
gedung gedung yang di huni kaum munafik
di hancurkan oleh sang penguasa negeri ini
mereka hanya bisa
bersolek didepan kaca
tapi membiarkan punggungnya penuh noda
dan penuh lendir hitam yang baunya
kemana mana
di luar berbau wangi
di dalam penuh dengan bakteri
dan hebatnya sang penguasa negeri ini
pandai bermain akrobatik
tubuhnya mampu di lipat lipat
yang akhirnya pantat Dan kemaluannya sendiri mampu dijilat jilat
apabila pedang sudah kau cabut
janganlah surut
janganjah bicara soal menang dan kalah
sebab menang dan kalah
hanyalah mimpi mimpi
mimpi mimpi muncul dari sebuah keinginan
kenginan hanyalah sebuah khayalan-
yang hanya akan melahirkan harta dan kekuasaan
harta dan kekuasaan bagaikan
balon balon sabun yang terbang di udara
asahlah pedang
ajaklah mereka bertarung ditengah
lalu tusukkan pedangmu
ditengah tengah selangkangan mereka
biarkan darah tertumpah di negeri ini
satukan gumammu menjadi : REVOLUSI
KABAR UNTUK ANAK
Syair : Winarso
aku tidak bisa memberi apa apa
hanyalah bunyi genderang perang
kabar dari ayahmu
apakah aku harus memilih
berjalan di atas kebenaran
ataukah kedamaian
biarpun kebenaran itu penuh darah dan nanah
apalah arti kedamaian
kalau hanya menjadi budak
tidak anakku
kalian tidak boleh menjadi budak di negeri sendiri
mereka sengaja memberikan mimpi tentang kedamaian
sementara kebenaran tetah di robek robek
jiwa dan raga kitta telah tercabik cabik
terbuang dalam lautan debu yang sangat hitam
biarpun aku rindu
rindu untuk memelukmu
rindu untuk membelaimu
rindu untuk menumpahkan kasih sayang
namun aku relakan kerinduan ini untuk tetap berjuang
apabila ditengah
terdengar suara genderang
disanalah ayahmu mengangkat pedang
apabila aku harus mati nanti
dengarlah kata kataku ini
kebenaran tidak akan pernah terwujud
apabila tidak kit REBUT!
No comments:
Post a Comment